HMIT

HMIT

Rabu, 14 Juli 2010

Populasi Harimau Dunia Ditarget 7.000

Gianyar (ANTARA News) - Populasi harimau pada habitat atau lokasi pengembangbiakan di berbagai negara dunia ditargetkan mencapai 7.000 ekor pada 2022.

"Saat ini, upaya pengembanbiakan binatang pemangsa daging mentah itu telah mencapai 3.500 ekor," kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Harry Santoso, ketika berkunjung ke Taman Safari Indonesia Gianyar, Bali, Rabu.

Harry mengatakan para peserta "Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting (PTSPDM)" dari 13 negara yang berlangsung di Nusa Dua, Bali sepakat merumuskan rancangan pemulihan harimau dunia atau global tiger.

Dari rumusan itu, negara peserta mengusulkan pelipatgandaan populasi harimau di dunia sejak sekarang.

"Hingga akhir 2022, populasi yang kini sudah mencapai sekitar 3.500 ekor diharapkan bisa berkembang menjadi 7.000 ekor," ujar Harry.

Direktur KKH mengungkapkan, bukan hanya populasi harimau di sejumlah negara yang ditargetkan terus berkembang, tetapi harimau liar di Indonesia juga diharapkan meningkat dua kali lipat di tahun itu.

"Populasi harimau di Indonesia saat ini sekitar 400 ekor. Mudah-mudahan 12 tahun lagi bisa berkembang menjadi 800 ekor," katanya.

Harry menyebutkan, berdasarkan data pada Kementerian Kehutanan, populasi harimau di Indonesia menurun drastis sejak 25 tahun terakhir.

"Kenyataan itu juga mengkhawatirkan bahwa hanya enam dari sembilan sub-spesies harimau di dunia yang kini masih tersisa. Untuk di Indonesia, hanya harimau sumatera yang masih bertahan, sedangkan dua sub-spesies lainnya telah punah," katanya

antaranews.com(14 Juli 2010)

N-250 Cikal Bakal Hakteknas

Jakarta (ANTARA News) - Keberhasilan uji terbang pesawat Gatotkaca N-250 karya anak bangsa untuk pertama kalinya pada 10 Agustus 1995, menjadi cikal bakal lahirnya peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).

"Setiap 10 Agustus diperingati Hakteknas karena pada tanggal tersebut dunia telah menyaksikan keberhasilan bangsa Indonesia menerbangkan secara perdana pesawat yang diproduksi sendiri oleh putra-putri Indonesia," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata di Jakarta, Rabu.

Usai membuka rangkaian peringatan ke-15 Hakteknas 2010 di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang ditandai dengan pelepasan balon, Suharna mengatakan bahwa momen tersebut sangat penting untuk bersama-sama bercermin pada masa lalu untuk pembangunan teknologi.

"Tepat 15 tahun lalu, pesawat N-250 membumbung tinggi di langit. Saat itu secara sadar kita deklarasikan kepada dunia kemajuan kita dalam teknologi," kata salah satu pendiri Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) itu.

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia). Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya pada 1995.

Pesawat berbaling baling enam bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang dan ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km.

Keberhasilan menciptakan pesawat tersebut merupakan bukti nyata prestasi putra-putri Indonesia yang membanggakan dalam upaya mengembangkan, menerapkan serta menguasai iptek khususnya dibidang kedirgantaraan.

Keberhasilan itu juga mencerminkan bahwa sebuah sistem inovasi telah tercipta dalam proses produksi pesawat terbang di Indonesia maka pada 10 Agustus setiap tahunnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden nomor 71 tahun 1995 sebagai peringatan Hakteknas.

Meski kebangkitan teknologi nasional telah terjadi 15 tahun lalu, namun makna dari kebangkitan teknologi itu menjadi berarti jika peringatan yang dilakukan setiap tahun mampu mendorong semangat memanfaatkan dan mengembangkan teknologi dalam bingkai sistim inovasi.

"Dalam peringatan ke-15 Hakteknas kita harus tetap meningkatkan kebersamaan dan sinergi sejalan dengan pembangunan iptek nasional," kata Suharna.

antaranews.com(14 Juli 2010)